Dalam era globalisasi informasi dan pengetahuan saat ini, publikasi ilmiah memiliki peran penting untuk mendorong kemajuan dalam berbagai bidang penelitian. Namun, prestasi sebuah karya ilmiah tidak hanya diukur dari kualitasnya saja, tetapi juga dari seberapa jauh publikasi tersebut dapat menembus batas-batas geografis dan mendapatkan pengakuan di tingkat internasional. Di sinilah peran penting pengindeks internasional berputasi seperti Scopus, Web of Science, dan lainnya menjadi sangat signifikan.
Pengindeks internasional berputasi, sebut saja Scopus, tidak hanya sekadar memfasilitasi akses terhadap jurnal-jurnal berkualitas, tetapi juga menyediakan standar yang tinggi bagi peneliti dalam mengevaluasi dan memilih publikasi yang tepat, dilihat dari impact factor jurnal tersebut. Jurnal-jurnal yang terindeks di platform-platform ini tidak hanya diakui secara global, tetapi juga dianggap memiliki reputasi akademik yang kuat, memberikan dampak yang nyata dalam komunitas ilmiah.
Namun, untuk dapat mencapai tingkat ini, sebuah jurnal harus melewati serangkaian proses ketat dan kriteria yang ditetapkan oleh pengindeks tersebut. Inilah yang menjadi fokus utama dari berbagai workshop dan seminar yang diselenggarakan di seluruh dunia, termasuk yang baru-baru ini digelar oleh Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Alauddin Makassar. Workshop ini memberikan wawasan yang mendalam tentang apa yang diperlukan oleh sebuah jurnal untuk dapat terindeks di platform Scopus, salah satu tujuan puncak yang diinginkan kampus hijau ini. Pada workshop ini, Rumah Jurnal juga ikut dilibatkan sebagai peserta aktif.
“Saat ini, bidang Islamic law (hukum) memang sedang naik daun. Scopus sangat tertarik dengan jurnal-jurnal hukum Islam. Ini terlihat dari berurutannya jurnal-jurnal hukum Islam di Indonesia diindeks pada platform tersebut. Sehingga, melihat peluang tersebut, kami mengadakan workshop ini dengan menghadirkan pemateri yang memang pengelola jurnal yang mana jurnalnya juga telah terindeks Scopus,” papar Wakil Dekan 1 FSH, Rahman Syamsuddin, ketika memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan tersebut. Terbitan jurnal di FSH ada sebanyak 15 jurnal, namun belum satupun yang pernah mencoba untuk ‘melamarkan’ diri ke platform tersebut. “Harapan kami, setelah workshop ini ada jurnal yang ingin mencoba ke Scopus,” lanjut Rahman.
Pembicara utama dalam workshop ini, Muhammad Chairul Huda, Ketua Redaksi Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan memberikan paparan yang sangat informatif tentang kriteria yang dijadikan dasar oleh Scopus dalam memilih jurnal untuk diindeks. Beliau menyoroti pentingnya kualitas penelitian, standar editorial yang tinggi, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi keputusan indeksasi. Pengalamannya mengelola jurnal juga dibagikannya kepada peserta yang hadir yang tidak lain ialah juga pengelola jurnal di FSH.
Diskusi interaktif yang mengikuti paparan para pembicara menghadirkan beragam pandangan dari peserta, dengan bertukar pikiran tentang tantangan dan peluang dalam menjalani proses indeksasi jurnal. Para peserta juga dibekali dengan strategi-strategi praktis untuk memperbaiki jurnal mereka, memperkuat kualitas penelitian, dan meningkatkan visibilitas publikasi mereka di tingkat internasional. Dan, setelah sesi istirahat, pemateri juga langsung melibatkan pengelola jurnal FSH untuk menilai kesiapan jurnalnya masing-masing ke Scopus dengan merujuk ke https://www.readyforscopus.com/, sebuah platform yang dapat digunakan oleh jurnal mana saja dalam mengukur kesiapan jurnalnya. Dari penilaian kesiapan tersebut, jurnal-jurnal di FSH masih harus membenahi di beberapa titik sebelum benar-benar dapat ‘melamar’ Scopus.
Dalam kata-katanya yang memancarkan semangat dan harapan, Dekan FSH, Dr. H. Abd. Rauf Muhammad Amin, Lc. M.A menyampaikan apresiasinya kepada semua peserta yang telah berpartisipasi dengan antusias dalam kegiatan ini. Beliau menekankan betapa pentingnya komitmen dan dedikasi dalam mengejar kesuksesan akademis, serta bagaimana workshop ini merupakan langkah awal yang penting dalam perjalanan menuju pengakuan internasional.
“Kita mengingat pesan orang tua dulu, bahwa proses tidak pernah mengkhianati hasil,” ungkap beliau. “Melalui workshop ini, kita telah memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai pengindeksan di Scopus,” tambahnya.
Sebagai penutup, Dekan FSH mengajak para peserta untuk terus berjuang dan berinovasi dalam mengelola jurnal, serta memanfaatkan sumber daya dan kesempatan yang tersedia untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. “Mari kita jadikan workshop ini sebagai titik awal dari perjalanan yang penuh prestasi dan keberhasilan. Potensi sumber daya manusia kita punya, tinggal bagaimana mengatur waktunya untuk jurnalnya masing-masing” pungkasnya.
Sementara itu dari perwakilan Rumah Jurnal, Taufiq Mathar, mengatakan bahwa, “apa yang disampaikan pemateri, mas Chairul, merupakan tambahan suplemen penting, khususnya bagi jurnal-jurnal di fakultas ini. Pengalaman beliau (pemateri) sangat mumpuni dan telah disampaikan semuanya dengan sangat gamblang kepada pengelola jurnal FSH.” Terindeks atau tidaknya jurnal di Scopus tergantung dari pengelolanya. “Benar yang dikatakan dekan FSH, bahwa sumber daya manusia jurnal di fakultas ini mempunyai potensi dan dukungan dari pimpinannya, tinggal bagaimana bisa membagi waktu dan fokus saja,” tutup Taufiq.