Kepala Bidang PD. Pontren Kanwil Kemenag Sulsel, Mulyadi menerima kehadiran Kepala Pusat Studi Gender dan anak (PSGA) UIN Alauddin Makassar, Rosmini Amin bersama Child Protection Specialist Unicef, Amelia Tristiana beserta tim terkait Program Piloting Pesantren Ramah Anak di Sulawesi Selatan, Selasa, (19/07) di Ruang Kerja Bidang PD. Pontren Kanwil Kemenag Sulsel.
Kabid PD. Pontren menyambut hangat audiensi seraya menyampaikan harapan besar agar pertemuan ini dapat memberikan dampak positif bagi pembinaan pondok pesantren di Sulawesi Selatan.
Mulyadi memaparkan bahwa sikap ramah terhadap anak atau santri bukanlah hal baru dilingkungan pesantren. Pesantren telah mengimplementasikannya dalam proses interaksi kehidupan sesuai dengan tuntunan norma agama dan Kementerian Agama sendiri melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren sebelumnya telah menerbitkan Pedoman Pesantren Ramah Anak tahun 2021 lalu.
Meski begitu, Mulyadi meyakini bahwa program ini akan mendapat respon positif Kemenag Kab/Kota juga oleh pimpinan pondok dan menyampaikan kesediaannya untuk turut terlibat aktif menjadi pendamping program kegiatan ini dilapangan nantinya.
Dijabarkannya, saat ini sebanyak 382 Pondok Pesantren yang ada di Sulawesi Selatan membutuhkan sentuhan program SRA dimaksud dengan berbagai kategorisasi, baik pesantren yang komplit PPS, Madrasah, PDF dan Ma’had Aly atau pesantren yang hanya menyelenggarakan satuan pendidikan PPS, tutur Mulyadi.
Selanjutnya, Ketua PSGA UIN Alauddin Makassar, Rosmini Amin, memperkenalkan tim yang hadir bersamanya melaporkan UINAM dan UNICEF sebelumnya telah melaksanakan kegiatan awal pendampingan diantaranya dengan melakukan Capacity Building bagi 2 Pondok Pesantren percontohan, yakni Pesantren Pondok Madinah Makassar dan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin di Kab. Gowa dan masih akan membuat Program Piloting Pesantren Ramah Anak bagi 25 Pondok Pesantren lainnya di Sulsel.
PSGA kemudian meminta pendapat dan arahan Kabid PD. Pontren Kemenag Sulsel terkait respon kyai/ustadz seandainya pesantren-pesantren besar di Sulsel diintervensi model pembinaannya dengan konsep pesantren ramah anak, pinta Rosmini Amin.
Dalam sesi yang sama, perwakilan UNICEF menyampaikan harapan agar Kemenag Sulsel dapat memberikan data-data pesantren dengan segala perbedaan yang ada didalamnya, jumlah santri dan ustadz/ustadzah di tiap-tiap pondok agar dapat merumuskan program yang tepat di tahun 2023, dengan terus memperkenalkan program ini lebih awal, mengikuti program sekolah dan madrasah ramah anak yang telah lebih dahulu berjalan.
Akhirnya, PSGA UIN Alauddin dan UNICEF berharap ada dukungan dari Kanwil Kemenag Sulsel untuk menjadi dasar mereka dapat mengembangkan program di Kabupaten/Kota, dukungan dimaksud dalam bentuk surat kepada semua Kakankemenag dan lembaga untuk berperan aktif mendukung berjalannya Program Pesantren Ramah Anak.
Turut hadir pada kesempatan audiensi ini, Pamong Belajar PDF dan Ma’had Aly, Mujahid Dahlan, Pamong Belajar LPQ, Tirtawati dan Pamong Pelajar Madrasah Diniyah Takmiliyah, Ahmad Yani.