Dalam rangka mewujudkan Kampus Responsif Gender, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Alauddin Makassar menggelar Workshop bertajuk “Integrasi Pengarusutamaan Gender dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS)”.
Kegiatan tersebut membahas Implementasi Kurikulum Berperspektif Gender berlangsung selama tiga hari terhitung Sabtu – Senin, 3 hingga 5 Juli di Krakatau Ballroom, Hotel Remcy, Panakukang Kota Makassar.
Adapun narasumber dalam kegiatan itu, Ketua Komisi Pendidikan Komnas Perempuan RI Prof Alimatul Qibtiyah MA Ph D dan Ketua Pusat Pengembangan Standar Mutu LPM UIN Alauddin Makassar Dr Muljaro Damopoli M Ag.
Selain itu, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP yang juga menjabat sebagai Sekretaris Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Muhammadiyah Prof Hamka, Dr Sri Astuti M Pd juga akan menjadi narasumber.
Kepala PSGA UIN Alauddin Makassar, Dr Rosmini M Th I mengatakan workshop kurikulum perspektif gender dalam rangka bergerak mewujudkan Perguruan Tinggi Responsif Gender (PTRG).
“Jadi salah satu indikator PTRG itu adalah adanya pengarusutamaan gender di tata kelola akademik. Nah, tata kelola akademik ini salah satu diantaranya kurikulum. Kenapa itu menjadi penting karena pengarusutamaan gender itu menjadi persyaratan kriteria Internasional untuk menjadi perguruan tinggi yang diakui dunia,” katanya.
Menurut, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi itu PTRG sudah lama direncanakan bukan hanya sekarang tapi telah melakukan dua kali sebelumnya yang pertama itu diinisiasi SILE ketika itu dilakukan intervensi ke berbagai Prodi untuk melakukan Integrasi Gender. Hanya saja pada saat itu tidak terdokumentasi dengan baik.
“Kemudian kedua juga pernah 2018 itu atas dukungan kementerian perempuan dan anak. Hanya saja waktu itu sasaran nya pada pengambilan kebijakan tingkat fakultas jadi yang diikutkan personalnya yakni Dosen Agama, jadi sehingga terkesan pengetahuan itu mungkin dimiliki personal nya saja dan butuh memiliki komitmen tinggi untuk mengimplementasikan,” ujarnya
Sementara saat ini, Implementasi kurikulum perspektif gender langsung masuk ke jantung nya Fakultas. “Jadi kita memang sengaja membuat peserta workshop ini didominasi Kajur didampingi Wakil Dekan Bidang Akademik tentu tujuannya adalah, bahwa pengawalan terhadap kurikulum perspektif gender tidak hanya berhentidi workshop, akan tetapi betul betul diiplementasikan secara teknis fakultas dan Prodi,” bebernya
Sementara itu, Dr Muljaro Damopoli M Ag dalam pemaparannya mengatakan upaya integrasi gender dalam pembelajaran Student Integrity Learning System (STILeS).
“Integrasi gender bisa masuk ketiga ranah pertama perencanaan pembelajaran yang sekarang digunakan RPS, isu gender diintegrasikan dalam bahan ajar atau bagaimana mengintegrasikan ke media pembelajaran,” ungkapnya.
Salah satu upaya menciptakan Kampus Responsif Gender adalah dengan Student Teacher Integrated Learning System yang merupakan sistem yang diciptakan untuk mengakomodasi yang terjadi dalam kelas, antara Mahasiswa dengan Dosen. (and/hariansulsel)