Beberapa hari lalu, kawan-kawan pengelola jurnal di grup WhatsApp ‘Sahabat Jurnal’ meneruskan ucapan selamat kepada salah satu jurnal di UIN Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung yang baru-baru saja terindeks Scopus. Belum lama juga, salah satu jurnal dari UIN Profesor K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto juga mendapatkan ucapan yang sama. Ucapan selamat seperti ini memang sudah lazim ketika ada terbitan jurnal di Indonesia yang baru saja terindeks pada pengindeks yang punya reputasi tersebut. Bahwa terindeks ke Scopus ialah suatu prestasi dan prestise bagi lembaga.
Terindeksnya jurnal pada mesin pengindeks internasional, seperti di Scopus ini, banyak diharapkan oleh terbitan-terbitan jurnal, khususnya di Indonesia. Tentu ada manfaatnya ketika terbitan jurnal terindeks di antaranya visibilitas artikel-artikel yang telah dipublikasikan akan semakin luas untuk dapat diakses oleh siapa saja sehingga peluang disitasi/dikutip oleh penulis lainnya juga besar. Namun, untuk mewujudkan harapan tersebut sangat dibutuhkan kerja keras dan cerdas oleh pengelola jurnal. Sehingga pengalaman-pengalaman dari jurnal yang telah berhasil terindeks sangat penting untuk diketahui oleh jurnal-jurnal lainnya yang hendak mengarah ke sana.
Kali ini Rumah Jurnal UIN Alauddin Makassar bertandang ke redaksi Khazanah Hukum di UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan redaksi Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam di UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto untuk menggali pengalaman mereka sehingga kedua jurnal tersebut dapat terindeks di Scopus. Ke Bandung diutus Hasbi Ibrahim, selaku ketua Rumah Jurnal (RJ) UIN Alauddin Makassar yang juga Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, Asri dan saya sendiri selaku anggota RJ. Sementara yang ke Purwokerto diutus Subehan Khalik dan Zaenal Abidin yang juga merupakan anggota RJ. Mereka berangkat pada hari yang sama Ahad, 17 Desember 2023.
Khazanah Hukum di UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Setiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, kami bertiga langsung bergerak menuju Bandung dengan mobil rental. Perjalanan dari bandara ke Bandung ditempuh kurang lebih 4 jam. Cuaca cukup cerah jika dibandingkan dengan beberapa hari ini di sekitar kampus UIN Alauddin, Samata, yang hujan disertai petir. Sopir yang mengantar kami, Mas Sadli, sangat bersahabat dan senang jasanya digunakan. Singkat, kami pun tiba di Grand Hotel Dafam Braga untuk rehat setelah menempuh perjalanan udara dan darat.
Sedianya esok hari, Senin 18 Desember, kami akan diterima oleh kang Busro, Ketua Sentra Pengelola Jurnal UIN SGD Bandung. Namun karena beliau tiba-tiba harus ke Manado di Senin pagi, maka beliau berinisiatif untuk hadir sore hari di hotel tempat kami bermalam agar tetap dapat berdiskusi dan berbagi pengalaman RJ tempat beliau bekerja. Kami pun bertemu pada sore harinya di samping ruang resepsionis hotel yang memang nyaman untuk mengobrol.
Rumah Jurnal UIN SGD Bandung berkantor di gedung LP2M. Berbeda dengan RJ atau publikasi jurnal di tempat lain yang pernah kami datangi, RJ di kampus ini adalah bagian yang non organisasi dan tata kerja (ortaker) namun mereka tetap dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada instansinya, bahkan besar sekali kontribusi yang di berikan. Di RJ tersebut terdapat 5 sentra: Sentra HKI, Sentra Kelas Penulisan, Sentra Publikasi Ilmiah, Sentra Pengelola Jurnal, dan Sentra SINTA. Masing-masing sentra punya tugasnya masing-masing. Untuk yang jurnal dikoordinir oleh Sentra Pengelola Jurnal yang dipimpin oleh kang Busro. Beliau sangat ramah dan sangat welcome menjamu dan berbagi pengalaman bersama kami.
Saat ini di UIN SGD Bandung memiliki 120 jurnal ilmiah yang tersebar di tiap fakultas dan unit-unit lainnya. Tiga jurnalnya telah terindeks Scopus, salah satunya ialah Khazanah Hukum yang kami kunjungi ini, dan kebetulan juga pengelolanya ialah kang Busro ini. Menurutnya, Sentra atau Divisi Pengelola Jurnal punya peran penting sehingga jurnal-jurnal yang ada di kampus kami dapat terakreditasi Nasional dan terindeks Scopus. “Rektor kami (yang sekarang ini menjabat) selama masa kepemimpinannya ini menargetkan agar ada 10 jurnal di kampus dapat terindeks Scopus,” katanya. Target ini realistis dengan melihat sumber daya jurnal yang ada di kampus tersebut.
Khusus untuk Khazanah Hukum, jurnal ini ialah jurnal yang dikelola di Pascasarjana UIN SGD Bandung. Awalnya jurnal ini diperuntukkan calon-calon kandidat master dan doktor untuk publikasi karya tulis mereka sebelum ujian tutup. Dengan melihat potensinya, maka jurnal ini terus dikembangkan menyesuaikan standar jurnal internasional. Diversiti penulis, editor, dan mitra bestari terus berkembang dari edisi ke edisi hingga pada akhirnya sudah sangat meyakinkan lalu akhirnya siap untuk diindeks ke Scopus. “kami memang fokus pada diversiti penulis dan tim editor. Selain itu kami juga melihat bahwa skop yang disukai Scopus saat ini ialah tentang hukum, maka kami fokus ke bidang tersebut,” kata kang Busro. Persiapan yang mantang dengan salah satunya melihat trending apa yang sedang ‘naik daun’ di Scopus menjadi perhatian setiap jurnal.
Untuk mendapatkan diversiti tersebut, RJ mereka telah menyiapkan ‘tool’ atau alat yang sangat efektif dan efisien yakni dengan membuat template redaksi email, baik ke penulis maupun mitra bestari (reviewer) internasional. Mereka akan mengirimkan email kepada nama-nama penulis yang tulisannya pernah terbit pada jurnal-jurnal terindeks Scopus. Email tersebut memang dimaksudkan untuk mengundang nama-nama yang dikirimkan untuk dapat berkontribusi pada jurnal. “Tidak sedikit memang yang merespon, namun pasti ada,” kata kang Busro.
Ada banyak hal lain yang kami diskusikan tentang pengembangan jurnal dengan kang Busro yang juga merupakan editor-in-chief pada salah satu jurnal di kampus tersebut. Selain di atas, kami juga menanyakan tentang anggaran, kebijakan, hingga hal-hal teknis dalam pengembangan RJ di kampus tersebut.
Ia telah memberikan banyak pengalaman berharganya tentang RJ UIN SGD Bandung dari sore hingga malam hari tersebut. Ketika mengobrol tentang jurnal, memang kadang-kadang kita lupa waktu. Beliau pun pamit dan kami pun berterima kasih dan menyampaikan bahwa esoknya kami akan tetap berkunjung ke RJ-nya sekadar melihat seperti apa di sana. Beliau welcome dan menghubungi kawannya di sana untuk menjamu kami esok harinya.
Esoknya, kami dijamu oleh kang Widodo dan kang Ali Rahman di ruangan Rumah Jurnal UIN SGD Bandung yang berkantor di Gedung LP2M. Kami di sini berdiskusi singkat saja karena semalam telah mendapatkan banyak informasi tentang pengembangan jurnal di kampus ini.
Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam di UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Sementara itu, utusan RJ UIN Alauddin lainnya yakni Subehan Khalik dan Zaenal Abidin juga ditugaskan ke Purwokerto untuk menggali pengalaman ke redaksi Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam. Mereka berangkat pada pagi hari dari Bandara Hasanuddin menuju Yogyakarta lalu terus melanjutkan kurang lebih empat jam berkendaraan mobil ke Hotel Luminor Purwokerto, tempat berehat.
Malam harinya di Hotel Luminor, tim RJ UIN Saizu datang menemui kami. Muhammad Fuad Zain, yang biasa disapa Fuad ini, juga merupakan editor-in-chief Al-Manahij. Beliau dan tim datang lebih awal agar dapat langsung berdiskusi dengan utusan yang datang jauh-jauh ini untuk menggali pengalaman RJ UIN Saizu.
Subehan dan Zaenal berdiskusi banyak hal tentang bagaimana pengelolaan jurnal di kampus tersebut, khususnya jurnal Al-Manahij yang telah terindeks Scopus beberapa waktu lalu. Mulai dari kebijakan pimpinan, anggaran, hingga juga hal-hal teknis dibincangkan pada kunjungan tersebut.
Fuad memaparkan banyak hal terkait pengalamannya dalam memandu jurnal terindeks Scopus, termasuk korespondensi dengan pihak Scopus dalam indeksasi Al-Manahij. Fuad juga menyampaikan kesediaannya secara penuh untuk mendampingi jurnal-jurnal UIN Alauddin yg mengarah ke Scopus untuk dibentuk sejak dini. Ia juga memaparkan banyak trik terkait akselerasi Al-Manahij terindeks Scopus.
Sebagai dosen dari Fakultas Syariah, Fuad juga memaparkan bahwa fakultasnya telah memiliki jurnal terindeks Scopus lainnya yang dulunya berstatus Sinta 3. Jurnal tersebut adalah jurnal Volksgeist. Menurut Fuad, keberhasilan tim jurnal Fakultas Syariah UIN Zaisu mendapatkan dua jurnal terindeks Scopus sangat erat kaitannya dengan keberpihakan pimpinan kepada tim dan juga tenaga pendidik yang mendedikasikan dirinya pada jurnal.
Obrolah jurnal pada malam tersebut sudah memberikan banyak masukan buat RJ UIN Alauddin Makassar. Namun, keesokan harinya Subehan dan Zaenal tetap berkunjung ke kampus UIN Saizu untuk melihat bagaimana ruangan jurnal di sana, sambil tentu saja melanjutkan kembali diskusi tentang jurnal. Beberapa di antaranya tentang bagaimana kordinasi jurnal-jurnal yang ada di UIN Saizu, akreditasi jurnal, dan lain sebagainya.
“Dari kedua kunjungan ke Bandung dan Purwokerto telah memberikan banyak sekali masukan penting guna pengembangan RJ di UIN Alauddin Makassar. Catatan-catatan tersebut selanjutnya akan kita kaji dan mungkin adopsi agar di kampus kita akan ada juga jurnal yang punya prestise Internasional,” kata Hasbi Ibrahim selaku Ketua Rumah Jurnal UIN Alauddin Makassar. Untuk dukungan dan perhatian pimpinan, kami kira sudah sangat baik sekali sejauh ini, tinggal bagaimana langkah-langkah strategis itu kita jalankan nantinya, kami tetap optimis,” tutupnya.